Mbah Priok, Sangat Dihormati sebagai Penyebar Agama Islam

Nama makam Mbah Priok di Kelurahan Koja, Jakarta Utara, Rabu (14/4), begitu mengemuka menyusul bentrok antara warga setempat dengan jajaran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Sebenarnya, siapa sesungguhnya Mbah Priok yang makamnya begitu dikeramatkan itu???
Makam yang disebut dengan Mbah Priok itu sebenarnya adalah makam dari Al Habib Hasan Muhammad Al Haddad yang lahir di Ulu, Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1727.

Habib Hasan ketika kecil belajar mengaji pada ayah dan kakeknya di Palembang. Kemudian setelah remaja, pergi selama beberapa tahun belajar agama Islam ke Hadramaut, Yaman. Di negeri ini, sekaligus menelusuri jejak leluhurnya, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, shohib Ratib Haddad, yang berjasa dalam pengembangan syiar Islam di Indonesia.
Kemudian Habib Hasan kembali ke Ulu. Di sini Habib Hasan banyak membantu banyak ulama dari Banten yang melarikan diri ke Palembang, menyusul pemberontakan yang dilakukan petani kepada kompeni Belanda. Sejak itulah Habib Hasan senantiasa diincar mata-mata Belanda.
Saat usia 29 tahun, yakni tahun 1756 Habib Hasan bersama saudaranya, Habib Ali Al-Haddad, pergi ke Jawa untuk menyebarkan agama Islam. Ia juga merencanakan berziarah ke makam Habib Husein Al Aydrus di Luar Batang, Jakarta Utara, Sunan Gunung Jati di Cirebon dan Sunan Ampel di Surabaya.
Berbagai gangguan terjadi dalam perjalanan dengan kapal yang selalu dibuntuti kapal mata-mata Belanda. Bahkan, sebelum sampai Batavia, kapal Habib Hasan dibombardir oleh armada Belanda, tapi berkat perlindungan Allah, kapal itu selamat.
Namun perjalanan masih diwarnai rintangan lain yakni cuaca buruk. Legenda yang tersebar di masyarakat, kapal Habib Hasan kemudian digulung ombak besar.
Kerasnya hantaman ombak membuat hampir semua perlengkapan di dalam kapal hanyut. Yang tersisa hanya alat penanak nasi dan beberapa liter beras yang berserakan.
Ombak berikutnya yang lebih keras membuat kapal itu akhirnya terbalik. Dalam keadaan kondisi yang lemah kepayahan, Habib Hasan dan Habib Ali terseret hingga ke semenanjung yang saat itu belum bernama. Saat ditemukan warga di sana, Habib Hasan sudah dalam keadaan meninggal. Sedangkan Habib Ali selamat. Di samping keduanya, terdapat periuk dan sebuah dayung.
Oleh warga, makam Habib Hasan kemudian diberi nisan berupa dayung yang ditemukan menyertainya. Sementara periuk ditaruh di sisi makam. Cerita yang berkembang, dayung yang dijadikan nisan tumbuh menjadi pohon tanjung. Namun periuk di sisi makam, kemudian terseret arus ombak hingga ke tengah laut.
Sampai sekitar empat tahun setelah pemakaman, warga disana beberapa kali melihat periuk yang terbawa ombak kembali menghampiri makam Habib Hasan. Itulah yang kemudian melatari semenanjung itu kemudian dinamakan Priok, dan kini dikenal dengan sebutan Tanjung Priok.
Sedangkan sebutan "Mbah" yang disematkan kepada Habib Hasan merupakan penghormatan kepada ulama itu. Keluarga Habib Hasan di Palembang sendiri kemudian hijrah ke Batavia untuk menyebarkan agama Islam dan mengurus makam itu.
Sementara itu, Habib Ali yang selamat, sempat menetap di semenjung itu. Namun ia tidak hanya menyebarkan agama Islam di situ, tapi juga ke daerah lain sampai ke Pulau Sumbawa. Ia menetap di Sumbawa dan wafat di sana.
Kisah perjuangan Habib Hasan dan Habib Ali menyebarkan agama Islam terus diceritakan. Perjuangan kedua habib itu dianggap suci, sehingga penghormatan untuk makam Habib Hasan di Tanjung Priok tetap dilakukan sampai kini.
Menurut penjelasan dari pihak Pemprov DKI Jakarta, sebenarnya kerangka Habib Hasan sendiri sudah tidak di Tanjung Priok. Kerangka jasad Habib Hasan Al Haddad atau Mbah Priok telah dipindahkan ke Tempat Pemakan Umum (TPU) Budhidarma, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara pada tahun 1997 lalu bersamaan dengan 32 rangka lainnya yang ada di TPU Dobo dengan luas 53.054 M2.
"Sudah dipindah seluruh kerangka termasuk kerangka Mbah Priok beberapa tahun lalu oleh pihak Pelindo," kata Bambang Sugiyono, Walikota Jakarta Utara, seperti dikutip Beritajakarta.com--situs online yang dikelola Pemprov DKI Jakarta, beberapa waktu lalu.
Namun, pada tahun 1999 bekas lokasi yang diyakini sebagai Makam Mbah Priok itu kemudian dibangun kembali layaknya pusara makam oleh ahli waris Habib Hasan Al Haddad yang kini dikelola Habib Ali Zaenal Abidin dan Habib Abdullah Sting.

source ; MK
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال