
Edukasi iKidangbang: Siswa di Indramayu Terima Pembinaan Keras Setelah Membolos Sekolah
Sebanyak 10 pelajar dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mengalami pengalaman yang sangat mengejutkan dan memalukan setelah ketahuan membolos sekolah. Kejadian ini terjadi pada Senin, 11 Agustus 2025, saat para siswa tersebut ditemukan sedang berada di area pemakaman Makam Selawe, Kecamatan Sindang, saat jam pelajaran berlangsung.
Para pelajar itu diamankan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Damkar setempat. Mereka ditemukan sedang nongkrong dan beberapa di antaranya bahkan terlihat merokok. Saat ditemukan, waktu itu seharusnya mereka berada di kelas mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Setelah diamankan, para pelajar langsung dibawa ke Kantor Satpol PP dan Damkar Indramayu. Di sana, pihak berwenang melakukan pembinaan dengan memanggil orang tua dan guru masing-masing siswa. Proses pembinaan ini dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada para pelajar bahwa tindakan mereka tidak dapat diterima.
Di hadapan orang tua, para pelajar tampak sangat menyesali perbuatannya. Mereka menangis dan memohon maaf karena telah membuat malu keluarga. Beberapa orang tua terlihat marah, sementara yang lain terkejut dengan perilaku anak-anak mereka.
“Saya kaget. Anak saya baik-baik saja di rumah, tapi ternyata di luar seperti ini,” ujar salah satu orang tua dengan nada kecewa.
Momen emosional semakin memuncak ketika para pelajar diminta untuk bersujud dan meminta maaf kepada guru mereka. Para guru juga menyampaikan teguran keras dan menekankan pentingnya disiplin serta tanggung jawab dalam kehidupan seorang pelajar.
Kepala Satpol PP dan Damkar Indramayu, Teguh Budiarso, menjelaskan bahwa tindakan pembinaan ini dilakukan dengan melibatkan pihak sekolah dan orang tua agar para pelajar bisa lebih sadar akan kesalahan mereka. Ia menilai bahwa kerja sama antara orang tua dan sekolah sangat penting dalam mengawasi perilaku siswa.
“Semua orang tua dan guru kami undang agar bisa memberikan pembinaan bersama. Harapannya, anak-anak ini tidak mengulangi perbuatannya,” jelas Teguh.
Menurut Teguh, alasan para pelajar membolos cukup beragam. Ada yang mengaku malas mengikuti upacara, tidak menyukai pelajaran tertentu, hingga hanya ikut-ikutan teman. Namun, ia menilai alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan. Ia menegaskan bahwa pihaknya akan rutin melakukan patroli pelajar untuk mencegah kasus serupa terulang di kemudian hari.
“Kami akan terus melakukan patroli saat jam sekolah. Jika masih ada yang kedapatan membolos, tentu akan kami amankan untuk dibina,” tegasnya.
Peristiwa ini menjadi perhatian publik di Indramayu. Banyak warga yang menyayangkan perilaku para pelajar tersebut, apalagi mereka memilih nongkrong di area pemakaman sambil merokok. Beberapa warganet yang mengetahui kabar ini melalui media sosial memberikan beragam komentar. Ada yang mendukung tindakan Satpol PP karena dianggap mendidik, namun ada pula yang mengkritik metode pembinaan dengan sujud di hadapan orang tua.
Pakar pendidikan lokal menilai, kasus ini menjadi pengingat bahwa pendidikan karakter harus dimulai dari rumah. Orang tua diimbau untuk lebih aktif memantau kegiatan anak di luar sekolah.
Sementara itu, pihak sekolah berjanji akan memperketat pengawasan terhadap siswanya, termasuk memastikan absensi dan patroli guru piket di sekitar lingkungan sekolah.
Kasus ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi para pelajar lain di Indramayu agar tidak tergoda untuk membolos. Disiplin dan tanggung jawab, kata Teguh, adalah bekal penting bagi masa depan siswa. Dengan adanya kejadian ini, sinergi antara pemerintah daerah, sekolah, dan orang tua diharapkan semakin kuat dalam membentuk generasi muda yang berkarakter dan berakhlak baik.