Next Level FAS 7. Coming soon?

Oleh : D. Ismanadi*
Festival Anak Sholeh (FAS) yang merupakan kegiatan rutin yang digelar oleh Banom-Banom MWC NU Kecamatan Wajak. Dikatakan kegiatan rutin Banom karena entah siapa penggagas pertamanya, sepengetahuan penulis kegiatan ini ada kalanya digelar IPNU-IPPNU sendiri, pernah juga digelar kerja bareng seluruh Banom dan juga lainnya. Kegiatan yang melibatkan peserta dari seluruh desa di kecamatan Wajak ini hanya mencakup peserta yang masih berada dijenjang TK/RA, TPQ, Madin, serta SD/MI. Perhelatan ini merupakan ladang positif bagi penumbuhan sikap kompetitif di antara generasi Islam khususnya dilingkungan NU kecamtan Wajak. Akan tetapi gambaran secara umum yang dapat diberikan oleh penulis dari kegiatan FAS yang pernah diikuti yaitu dari FAS 4-6 ( FAS 4 penulis masih sebagai pendamping peserta, FAS 5 sebagai panitia pendukung, FAS 6 sebagai panitia inti), satu kata kunci yang dapat diberikan adalah “Monoton” . dikatakan monoton karena memang “mungkin” idealnya konsep acara memang seperti itu, malahan sebenarnya jika dilihat dari bobot kompetensi dari item-item yang dilombakan juga sudah masuk dalam standar lomba yang bukan sekedar lomba. Akan tetapi ke-monoton-an justru datang karena tidak adanya sesuatu yang fresh, sesuatu yang baru yang bisa ditawarkan kepada para peserta untu lebih meningkatkan kompetensi ataupun sikap kompetitif, sehingga dari tahun ketahun bagi para pendamping peserta yang pernah mengikuti kegiatan tersebut seringkali mencontoh “gaya” dari setiap kontestan yang menang di FAS sebelunya. So…bisa dipastikan di FAS selanjutnya banyak kesamaan-kesamaan yang ada, sehingga kurang ada ekplorasi dari masing-msing peserta mengenai identitas diri mereka pribadi.

Ibarat seorang anak manusia, diumurnya yang ketujuh (FAS 7) sudah barang tentu dalam strata pendidikan formal sudah seharusnya sudah duduk dibangku sekolah dasar yang pertama. Itu artinya, sudah saatnya pula FAS 7 memiliki seraga m baru dan sudah waktunya pula mengikuti pelajaran yang lebih tinggi lagi yang dapat diartikan kuanitas “bermain” lebih sedikit, serta kualitas “aktivitas” belajar diperbanyak. Dengan demikian dituntut adanya konsep baru yang lebih lagi, lebih dari yang sudah-sudah. Lantas langkah konkret apa yang musti dilakukan? Itulah pertanyaan yang dapat mengakhiri tulisan ini, karena jawabannya ada pada diri kita masing-masing, ada dalam hati dan pikiran semua yang memang merasa memiliki FAS, ada padasetiap diri yang memang merasa memiliki tanggung jawab atas generasi selanjutnya,atas keberlangsungan agama kita selanjutnya, yang tentunya patut kita pikirkan semua itu dari diri kita sendiri dengan memulainya dari hal terkecil dan tentunya sangat lebih baik jika kita mulai dari sekarang. Karena apa? Ya biar kita nggak termasuk kelompok NATO aja (Not Actions Talk Only).

*Seorang blogger yang sedang belajar menulis tanpa pena dan kertas.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال